Sabtu, 03 Januari 2009

masjid per 5 desember 08. 3


Hucula Huntalen

Gus Fadil bercerita didepan santrinya, bahwa suatu hari Sunan Kalijaga mengawali sebuah perjalanan. Sebagaimana biasa, Sunan tidak ditemani oleh pengikut ataupun santri beliau, sebab perjalanan tersebut memang tak bisa ditarget : kemana, berapa hari, untuk apa dan sebagainya, sehingga beliau lebih bebas untuk melakukan perjalanan sendirian.
Nah, tatkala hendak memasuki sebuah hutan, beliau terhenyak menyaksikan seekor katak hendak diterkam seekor ular yang mengintai dari semak- belukar. Mendadak sontak dalam kritis itu, Sunan Kalijaga berucap, “Hu….”.
Mendengar Sunan Kalijaga, ular pun kaget. Kekagetan ular yang menimbulkan suara gemerisik dedaunan, ternyata didengar katak. Katak pun segera ambil langkah seribu, melarikan diri dari terkaman ular.
Sunan Kalijaga meneruskan perjalanan memasuki hutan. Pada saat itu, untuk mengadakan perjalanan, orang-orang biasa melewati hutan. Sebab, belum ada jalan yang lempang seperti sekarang. Namun tak ayal, Sunan Kalijaga dihadang oleh ular yang merasakan dirugikan
“ maaf, kanjeng Sunan,” ucap ular tersebut.
“Ya, ada apa, ular?”
“Kanjeng Sunan tak perlu pura pura tidak tahu, sebab pajenengan telah mengerti bahwa katak telah menjadi rezeki saya dari Gusti Allah. Tapi kenapa Kanjeng sunan menghalanginya sehingga jatah rezeki saya melarikan diri?”
“Begini, wahai ular, aku tidak bermaksud menghalangi rezeki yang diperutukan Allah kepadamu. Aku berucap hu, maksudnya agar engkau segera bertindak huntalen! Yakni, segera telan katak itu.”
Mendengar jawaban Sunan Kalijaga, ular merasa bersalah dan malu, karena ia telah berprasangka buruk kepada orang mulia. Ia segera minta maaf dan pergi dari hadapan Sunan Kalijaga.
Setelah jauh melangkah ketengah hutan ternyata katak pun menghadangnya.
“Wahai Kanjeng Sunan Kalijaga!”
“Ya, ada apa, katak?”
“Kenapa panjenengan membiarkan saya diincar dan hendak dimangsa oleh ular tadi?”
“Ketahuilah olehmu, wahai katak, sungguh akau tidak bermaksud membiarkanmu ditelan oleh ular. Ketika aku berucap hu, maksudnya agar engkau segera hucula! Yakni segera melepaskan diri dari incaran ular itu.”
Mendengar penjelasan Sunan Kalijaga tersebut, katak merasa bersalah dan malu. Ia lalu meminta maaf dan segera pergi dari hadapan Sunan kalijaga.
Sampai disini, Gus Fadil menghentikan ceritanya, lalu mempersilahkan para santri untuk mengapresiasinya.
“Maaf, Gus,” demikian seorang santri mengacungkan jarinya, bertanya,” bukankah sikap yang ditunjukkan Sunan Kalijaga berarti tidak konsisten, tidak jujur?”
“Astagfirullah al-‘azim, para wali Allah pasti selalu konsisten dan jujur,” jawab Gus Fadil. “Para wali Allah disetiap denyut jantungnya senantiasa berzikir kepada Allah, seluruh hidupnya, sikap, ucapan, dan tindakannya senantiasa bergantung, dikendalikan, dan diarahkan oleh Allah. Tatkala beliau menjelaskan huntalen ataupun hucula, itupun dari Allah datangnya.”
“Kalau memang demikain, lalu apa hikmah yang bisa kita petik dari kisah itu, Gus?”
“Hikmah utama yang bisa kita petik dari kisah itu adalah eling total kepada Allah swt. Apapun yang berlangsung dan terjadi dalam kehidupan atau bahkan melintas dihadapan kita, semuanya dari Allah swt, agar kita bisa mengambil ibrah atau pelajaran yang berguna bagi kita.
“Kalau kisah huntalen maupun hucula diatas kita tafsirkan sebagi rezeki, maka harus kita sadari bahwa rezeki yang terlepas ataupun rezeki yang kiat peroleh, keduanya adalah berkat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah swt. Sebab, rezeki pada dasarnya adalah milik Allah, diberikan kepada kita agar selalu beribadah kepada Allah.
“Jika kita menyadari, maka dalam kehidupan kita tidak akan susah, dan memang tak perlu susah lantaran sesungguhnya rezeki kita telah dijamin dan diatur oleh Allah swt. Kita hanya diwajibkan berupaya dengan sungguh-sungguh, sebagai bentuk ibadah kita kepada-Nya. Perihal dapat atau tidaknya, maka ketahuilah bahwa jika rezeki itu memang telah menjadi hakmu, meski engkau tidak mendatanginya, ia tetap akan mendatangimu.
“Engkau boleh membuktikan: adakah diantara makhluk didunia ini yang tidak memperoleh rezeki dari-Nya? Seluruh “ kebutuhan ‘ makhluk dipenuhi oleh-Nya. Namun berkenaan dengan ‘keinginan’ engkau sendirilah yang cenderung menyusahkan diri untuk memiliki.” Wallahu a’lam.

masjid per 5 desember 08. 2





masjid per 5 desember 08. 1